Jumat, 02 November 2012

Matematika bagi Kurikulum Pendidikan


Bandung, math.itb.ac.id – Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan, serta Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi, Program Studi Matematika ITB, menyelenggarakan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Workshop. Kegiatan yang  berlangsung pada Sabtu, Senin-Rabu (20, 22-24/10/12) di Ruang Seminar Prodi Matematika ITB, Labtek VI ITB, serta Aula Barat ITB , terdiri dari Workshop On Development Of Graduate Skills In Mathematics Curriculum, Workshop On Mathematical Modeling dan Workshop On Mathematical Modeling For High School Students.
Sembilan pakar matematika dari berbagai belahan dunia hadir sebagai pembicara dalam workshop ini, Dr. Jeffery A. Waldock (Sheffield Hallam University, UK), Dr. Ahmad Muchlis (ITB, Indonesia), Dr. Wono Setya Budhi (ITB, Indonesia), Prof. Dr. Edy Soewono (ITB, Indonesia), Joshua Abrams (Meridian Academy, USA), Prof. Masami Isoda (Tsukuba University, Japan), Roberto Araya (Univesidad de Chile, Chile), Prof. Dr. Jonathan Borwein (University of Newcastle, Australia), dan Prof. Dr. Septo R. Siregar (ITB, Indonesia).
Salah satu pembahasan yang dikupas dalam workshop ini adalah ketidakmampuan pengajar matematika untuk memotivasi siswa dalam menghargai serta memahami matematika. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar pengajar, mengalami kurangnya keterampilan pemecahan masalah di dunia nyata. Akibatnya, diungkapkan oleh Edy Soewono, mata pelajaran matematika saat ini masih menjadi momok menakutkan di kalangan siswa. Paradigma ini membuat para generasi muda menjadi enggan untuk belajar matematika. Sementara di sisi lain, peran dan permintaan matematika, terutama pemodelan matematika dan simulasi dalam membentuk perkembangan teknologi, tidak dapat dihindari untuk memahami fenomena yang kompleks.
Oleh karena itu, perlu penetapan model pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan dibandingkan harus mengejar target kurikulum tanpa diiringi dengan pemahaman materi. ”Misalnya, melalui pemodelan matematika kita dapat mengetahui jumlah kebutuhan dalam suatu acara atau kegiatan, baik itu konsumsi atau berupa finansial yang diperlukan dalam satu kegitan," ujar Edy.

Pembicara lainnya, Joshua Abrams mengungkapkan pentingnya pemodelan matematika dalam kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam presentasinya, Abrams mengungkapkan definisi pemodelan matematika, yakni proses membawa perspektif matematis dalam menjawab permasalahan dari bidang non-matematis. Alasan perlunya menggunakan model matematika juga diungkapnya, yakni Safer, Faster, Cheaper, Easier to work with, Accessible, and Feasible. Dengan membuat suatu permasalahan menjadi model matematika, suatu permasalahan menjadi dapat dimengerti, dioptimalkan, didesign, dan diprediksi.
Siswa SMA yang hadir dalam workshop tersebut pun diberi kesempatan untuk membuat model mengenai masalah di sekitar mereka dan diselesaikan dengan model matematika. Hasil dari pemodelan tersebut kemudian dipresentasikan dihadapan Edy dan Abrams.
Seusai presentasi hasil pemodelan siswa SMA, kegiatan berskala internasional selama empat hari ini ditutup oleh Ketua Prodi Sarjana Matematika ITB, Dr. Agus Yodi Gunawan, "the world is mathematics, because everything can be modeled in mathematics, and keep mathematics beautiful and useful," pesannya di penghujung acara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar