Asal mula nama Pinrang
Ada beberapa versi mengenai asal muasal pemberian nama
Pinrang yang berkembang di masyarakat Pinrang sendiri.
Versi yang pertama menyebut bahwa Pinrang berasal dari
bahasa Bugis yaitu kata "
benrang"
yang berarti "air genangan" bisa juga berarti "rawa-rawa". Hal ini
disebabkan oleh karena pada awal pembukaan daerah Pinrang yang tepatnya
saat ini di pusat kota kabupaten Pinrang masih berupa daerah rendah yang
sering tergenang dan berawa.
Versi kedua menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh karena suatu ketika Raja Sawitto yang bernama
La Dorommeng La Paleteange,
bebas dari pengasingan dari kerajaan Gowa berkat bantuan Baso Panca
Arung Enrekang dan dibantu Para Pasukan Pemberaninya dari Kampung
Kaluppini Enrekang. Kedatangan tersebut disambut gembira oleh rakyatnya,
namun mereka terheran-heran karena wajah sang raja berubah dan mereka
berkata "
Pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa", yang artinya berubah saja mukanya Tuan Kita dari Gowa. Maka setelah itu rakyat mulai menyebut daerah tersebut sebagai
Pinra yang artinya berubah, dikemudian hari masyarakat setempat mengubah penyebutan tersebut menjadi Pinrang.
Sumber lain ini mengatakan pemukiman kota Pinrang yang dahulunya
rawa-rawa yang selalu tergenang air membuat masyarakat senantiasa
berpindah-pindah mencari wilayah pemukiman yang bebas genangan air,
berpindah-pindah atau berubah-ubah pemukiman dalam bahasa Bugis disebut
"PINRA-PINRA ONROANG". Setelah masyarakat menemukan tempat pemukiman
yang baik, maka tempat tersebut diberi nama: PINRA-PINRA.
Dari kedua sejarah yang berbeda itu lahirlah istilah yang sama, yaitu
"PINRA", kemudian kata itu dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
intonasi dan dialek bahasa Bugis sehingga menjadi Pinrang yang sekarang
ini diabadikan menjadi nama dari Kabupaten Pinrang.
Masa penjajahan
Seorang guru dan dua gadis ningrat dari Basseang, kecamatan
Lembang, Pinrang (tahun 1935)
Cikal bakal Kabupaten Pinrang berasal dari
Onder Afdeling Pinrang yang berada di bawah
afdeling Pare-Pare, yang merupakan gabungan empat kerajaan yang kemudian menjadi
self bestuur atau swapraja, yaitu KASSA, BATULAPPA, SAWITTO dan SUPPA yang sebelumnya adalah anggota konfederasi kerajaan
Massenrengpulu (Kassa dan Batulappa) dan
Ajatappareng
(Suppa dan Sawitto). Hal ini merupakan bagian dari adu domba kolonial
untuk memecah persatuan di Sulawesi Selatan. Pemilihan nama Pinrang
sebagai nama wilayah dikarenakan daerah Pinrang merupakan tempat
berkumpulnya keempat raja tadi dan sekaligus tempat berdirinya
kantoor onder afdelingeen (kantor residen). Selanjutnya
Onder Afdeling
Pinrang pada zaman pendudukan Jepang menjadi Bunken Kanrikan Pinrang
dan pada zaman kemerdekaan akhirnya menjadi Kabupaten Pinrang.
Sebagaimana diketahui bahwa ketika Jepang masuk di pinrang sekitar
tahun 1943, sistem pemerintahan warisan kolonial dengan struktur lengkap
yang terdiri dari 4 (empat) swapraja, masing-masing Swapraja Sawitto,
Swapraja Batu Lappa, Swapraja Kassa dan Swapraja Suppa. Ketika Pinrang
menjadi
Onder Afdeling di bawah
afdeling Parepare, sementara
afdeling Parepare adalah salah satu dari tujuh
afdeling yang ada di provinsi Sulawesi.
Masa kemerdekaan
Dengan ditetapkannya PP Nomor 34/1952 tentang perubahan daerah
Sulawesi Selatan, pembagian wilayahnya menjadi daerah swatantra.
Pertimbangan diundangkannya PP tersebut adalah untuk memenuhi keinginan
rakyat dan untuk memperbaiki susunan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Daerah swantantra yang dibentuk adalah sama dengan wilayah
afdeling yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur Timur besar (
GROTE GOSTE) tanggal 24 juni 1940 nomor 21, kemudian diubah oleh Keputusan Gubernur Sulawesi nomor 618/1951. Perubahan adalah kata
afdeling menjadi daerah swatantra dan
Onder Afdeling menjadi kewedaan. Dengan perubahan tersebut maka
Onder Afdeling
Pinrang berubah menjadi kewedanaan Pinrang yang membawahi empat
swapraja dan beberapa distrik. Dengan status demikian inilah
pemerintahan senantiasa mengalami pasang surut di tengah-tengah pasang
surutnya keadaan pemerintahan. Upaya memperbaiki struktur dan
penyelenggaraan pemerintahan di satu sisi, di samping memenuhi
kebahagiaan dan keinginan rakyat. Maka, pada tahun 1959 keluarlah
undang-undang nomor 29/1959 yang berlaku pada tanggal
4 Juli 1959
tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi yang praktis,
termasuk membentuk Daerah Tingkat II Pinrang. Pada tanggal
28 Januari 1960,
keluar surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP-7/3/5-392 yang
menunjuk H.A. MAKKOELAOE menjadi Kepala Daerah Tingkat II Pinrang,
karena pada saat itu unsur atau organ sebagai perangkat daerah otonomi
telah terpenuhi. Hal ini kemudian dikaji melalui suatu simposium yang
dilakukan oleh kelompok pemuda, khususnya KPMP Kabupaten Pinrang dan
diteruskan kepada DPRD untuk dituangkan ke dalam suatu PERDA tersendiri.
Bupati Pinrang
berikut daftar tokoh yang pernah menduduki jabatan sebagai Bupati
Pinrang: -I H.A. MAKKOELAOE 19-2-1960 s/d 11- 5-1964; -II H.A. GAZALING
11-5-1964 s/d 15- 7-1965; -III H.A. DEWANG 15-7-1965 s/d 24-12-1968; -IV
Drs. H.M. DAUD NOMPO 4-12-1968 s/d 20- 8-1969; -V H.A. PATONANGI
20-8-1969 s/d 28- 8-1980; -VI RAFIUDDIN HAMMARUNG,SH. 05-9-1980 s/d 05-
8-1981; -VII Drs. NATSIR ISA 05-8-1981 s/d 21-12-1982; -VII H. MUSA GANI
21-12-1982 s/d 17-9-1986; -IX H.ZAINAL BASRI PALAGUNA 23-9-1986 s/d
22-11-1986; -X U.S. ANWAR 22-11-1986 s/d 22-11-1991; -XI H.A. FIRDAUS
AMIRULLAH 22-11-1991 s/d 1998; -XII Drs. H.A. MASNAWI A.S. 1998 s/d
1999; -XIII Drs. H.A. Nawir, MP 1999-2009 (dua periode); -XIV H.A. Aslam
Patonangi,SH,M.Si 2009-Hingga Sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar